Semakin meluasnya daerah kekuasaan islam pada masa Utsman
membuat perbedaan yang cukup mendasar dibandingkan dengan pada masa Abu
Bakar Latar belakang pengumpulan Al-Qur’an di masa Utsman
r.a. adalah karena beberapa faktor lain yang berbeda dengan faktor yang
ada pada masa Abu Bakar. Daerah kekuasaan Islam pada masa Utsman telah
meluas, orang-orang Islam telah terpencar di berbagai daerah dan kota.
Di setiap daerah telah populer bacaan sahabat yang mengajar mereka.
Penduduk Syam membaca Al-Qur’an mengikuti bacaan Ubay ibnu
Ka’ab, penduduk Kufah mengikuti bacaan Abdullah Ibnu Mas’ud, dan
sebagian yang lain mengikuti bacaan Abu Musa al-Asy’ari. Diantara mereka
terdapat perbedaan tentang bunyi huruf, dan bentuk bacaan. Masalah ini
membawa mereka kepada pintu pertikaian dan perpecahan sesamanya. Hampir satu sama lainnya saling kufur-mengkufurkan karena berbeda pendapat dalam bacaan.
Diriwayatkan dari Abi Qilabah bahwasanya ia berkata: “Pada masa
pemerintahan Utsman guru-pengajar menyampaikan kepada anak didiknya,
guru yang lain juga menyampaikan kepada anak didiknya. Dua kelompok
murid tersebut bertemu dan bacaannya berbeda, akhirnya masalah tersebut
sampai kepada guru/pengajar sehingga satu sama lain saling mengkufurkan.
Berita tersebut sampai kepada Utsman. Utsman berpidato dan seraya
mengatakan: “Kalian yang ada di hadapanku berbeda pendapat, apalagi
orang-orang yang bertempat tinggal jauh dariku pasti lebih-lebih lagi
perbedaannya”.
Karena latar belakang dari kejadian tersebut Utsman dengan
kehebatan pendapatnya dan kebenaran pandangannya ia berpendapat untuk
melakukan tindakan prefentip menambal pakaian yang sobek sebelum
sobeknya meluas dan mencegah penyakit sebelum sulit mendapat
pengobatannya. Ia mengumpulkan
sahabat-sababat yang terkemuka dan cerdik cendekiawan untuk
bermusyawarah dalam menanggulangi fitnah (perpecahan) dan perselisihan.
Mereka semua sependapat agar Amirul Mu’minin menyalin dan
memperbanyak mushhaf kemudian mengirimkannya ke segenap daerah dan kota
dan selanjutnya menginstruksikan agar orang-orang membakar mushhaf yang
lainnya sehingga tidak ada lagi jalan yang membawa kepada pertikaian dan
perselisihan dalam hal bacaan Al-Qur’an.
Sahabat Utsman melaksanakan keputusan yang sungguh bijaksana
tadi, ia menugaskan kepada empat orang sahabat pilihan, lagi pula
hafalannya dapat diandalkan. Mereka tersebut adalab Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubair, Said Ibnu al-’Asb dan Abdurrahman Ibnu Hisyam.
Mereka semua dari suku Quraisy golongan muhajirin kecuali Zaid Ibnu
Tsabit, dimana ia adalah dari kaum Anshar. Pelaksanaan gagasan yang mulia ini adalah pada tahun kedua puluh empat hijrah.
Utsman mengatakan kepada mereka: “Bila anda sekalian ada
perselisihan pendapat tentang bacaan, maka tulislah berdasarkan bahasa
Quraisy, karena Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Quraisy”. Utsman
meminta kepada Hafsah binti Umar agar ia sudi menyerahkan mushhaf yang
ada padanya sebagai hasil dari jasa yang telah dikumpulkan Abu Bakar,
untuk ditulis dan diperbanyak. Dan setelah selesai akan dikembalikan
lagi, Hafsah mengabulkannya.
Motif Utsman mengumpulkan Al-Qur’an
Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas Ibnu Malik bahwasanya ia berkata:
“Sesungguhnya Hudzaifah Ibnu al-Yaman datang kepada Utsman,
ketika itu, penduduk Syam bersama-sama dengan penduduk Irak sedang
berperang menaklukkan daerah Armenia dan Adzerbaijan. Tiba-tiba
Hudzaifah merasa tercengang karena penyebabnya adalah faktor perbedaan
dalam bacaan. Hudzaifah berkata kepada Utsman: “Ya Amirul Mu’minin
perhatikanlah umat ini sebelum mereka terlibat dalam perselisihan dalam
masalah Kitab sebagaimana perselisihan diantara kaum Yahudi dan
Nasrani”.
Selanjutnya Utsman mengirim surat kepada Hafsah yang isinya:
“Kirimlah kepada kami lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur’an
kami akan menyalinnya dalam bentuk mushhaf dan setelah selesai akan kami
kembalikan lagi kepada anda”. Kemudian Hafsah mengirimkannya kepada
Utsman. Utsman memerintahkan kepada Zaid ibnu Tsabit, Abdullah ibnu
Zubair, Said ibnu al-’Ash dan Abdurrahman ibnu al-Harits ibnu Hisyam
lalu mereka menyalinnya dalam mushhaf.
Utsman berpesan kepada ketiga kaum Quraisy: “Bila anda bertiga dan
Zaid ibnu Tsabit berbeda pendapat tentang hal Al-Qur’an maka tulislah
dengan ucapan/lisan Quraisy karena Al-Qur’an diturunkan dengan lisan
Quraisy”.
Setelah mereka selesai menyalin ke dalam beberapa mushhaf, Utsman
mengembalikan lembaran/mushhaf asli kepada Hafsah. Selanjutnya ia
menyebarkan mushhaf yang baru tersebut ke seluruh daerah dan ia
memerintahkan agar semua bentuk lembaran/mushhaf yang lain dibakar.(HR.
al-Bukhari).
Perbedaan antara Mushhaf Abu Bakar dan Mushhaf Utsman
Perbedaan antara pengumpulan (mushhaf) Abu Bakar dan Utsman
sebagaimana kami kemukakan di atas dapat kami ketahui dan kami tandai
dari masing-masingnya.
Pengumpulan mushhaf pada masa Abu Bakar adalah bentuk
pemindahan dan penulisan Al-Qur’an ke dalam satu mushhaf yang
ayat-ayatnya sudah tersusun, berasal dari tulisan yang terkumpul pada
kepingan-kepingan batu, pelepah kurma dan kulit-kulit binatang. Adapun
latar belakangnya karena banyaknya huffazh yang gugur. sedangkan
pengumpulan mushhaf pada masa Utsman adalah menyalin kembali yang telah
tersusun pada masa Abu Bakar, dengan tujuan untuk dikirimkan ke seluruh
negara Islam. Latar belakangnya adalah disebabkan karena adanya
perbedaan dalam hal membaca Al-Qur’an. Wallâhu a’lam wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa âlihî washahbihî wa sallam.
Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar
Rasulullah SAW berpulang ke rahmatullah setelah beliau selesai
menyampaikan risalah dan amanah, menasehati ummat serta memberi
petunjuk. pada agama yang lurus. Setelah beliau wafat kekuasaan dipegang
oleh Abu Bakar Siddik ra
Pada masa pemerintahannya Abu Bakar banyak menghadapi
malapetaka, berbagai kesulitan dan problem yang rumit, diantaranya
memerangi orang-orang yang murtad (keluar dari agama Islam) yang ada di
kalangan orang Islam, memerangi pengikut Musailamah al-Kadzdzab.
Peperangan Yamamah adalah suatu peperangan yang amat dahsyat.
Banyak kalangan sahabat yang hafal Al-Qur’an dan ahli bacanya mati
syahid yang jumlahnya lebih dari 70 orang huffazh ternama. Oleh
karenanya kaum muslimin menjadi bingung dan khawatir. Umar sendiri
merasa prihatin lalu beliau menemui Abu Bakar yang sedang dalam keadaan
sedih dan sakit. Umar mengajukan usul (bermusyawarah dengannya) supaya mengumpulkan Al-Qur’an karena khawatir lenyap dengan banyaknya khufazh yang gugur, Abu Bakar pertama kali merasa ragu.
Setelah dijelaskan oleh Umar tentang nilai-nilai positipnya ia
memandang baik untuk menerima usul dari Umar. Dan Allah melapangkan dada
Abu Bakar untuk melaksanakan tugas yang mulia tersebut, ia mengutus
Zaid bin Tsabit dan mengajukan persoalannya, serta menyuruhnya agar
segera menangani dan mengumpulkan
Al-Qur’an dalam satu mushhaf. Mula pertama Zaid pun merasa ragu,
kemudian iapun dilapangkan Allah dadanya sebagaimana halnya Allah
melapangkan dada Abu Bakar dan Umar.
Al-Bukhari telah meriwayatkan dalam shahihnya tentang kisah
pengumpulan ini. Karena pentingnya maka di sini kami menukilnya sebagai
berikut:
“Dari Zaid bin Tsabit r.a. bahwa ia berkata: “Abu Bakar
mengirimkan berita kepadaku tentang korban pertempuran Yamamah, setelah
orang yang hafal Al-Qur’an sejumlah 70 orang gugur. Kala itu Umar berada
di samping Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar mengatakan “Umar telah datang
kepadaku dan ia mengatakan: “Sesungguhnya pertumpahan darah pada
pertempuran Yamamah banyak mengancam terhadap para penghafal Al-Qur’an.
Aku khawatir kalau pembunuhan terhadap para penghafal Al-Qur’an
terus-menerus terjadi di setiap pertempuran, akan mengakibatkan banyak
Al-Qur’an yang hilang. Saya berpendapat agar anda memerintahkan
seseorang untuk mengumpulkan
Al-Qur’an”. Aku (Abu Bakar) menjawab: “Bagaimana aku harus melakukan
suatu perbuatan sedang Rasul SAW tidak pernah melakukannya?”. Umar r.a.
menjawab: “Demi Allah perbuatan tersebut adalah baik”. Dan ia
berulangkali mengucapkannya sehingga Allah melapangkan dadaku
sebagaimana ia melapangkan dada Umar. Dalam hal itu aku sependapat
dengan pendapat Umar.
Zaid berkata: Abu Bakar mengatakan: “Anda adalah seorang pemuda
yang tangkas, aku tidak meragukan kemampuan anda. Anda adalah penulis
wahyu dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu telitilah Al-Our’an dan
kumpulkanlah….!” Zaid menjawab: “Demi Allah andaikata aku dibebani tugas
untuk memindahkan gunung tidaklah akan berat bagiku jika dibandingkan
dengan tugas yang dibebankan kepadaku ini”.
Saya mengatakan: “Bagaimana anda berdua akan melakukan pekerjaan yang
tidak pernah dilakukan oleh Rasululah SAW?”. Abu Bakar menjawab: “Demi
Allah hal ini adalah baik”, dan ia mengulanginya berulangkali sampai aku
dilapangkan dada oleh Allah SWT sebagaimana ia telah melapangkan dada
Abu Bakar dan Umar.
Selanjutnya aku meneliti dan mengumpulkan
Al-Qur’an dari kepingan batu, pelepah kurma dan dari sahabat-sahabat
yang hafal Al-Qur’an, sampai akhirnya aku mendapatkan akhir surat
At-Taubah dari Abu Khuzaimah Al-Anshary yang tidak terdapat pada lainnya
(yaitu):
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu
sendiri, berat baginya apa yang kamu rasakan, ia sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari
keimanan) maka katakanlah: Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain
Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang
memiliki ‘Arsy yang agung. (At-Taubah: 128-129).
Lembaran-lembaran tersebut disimpan pada Abu Bakar sampai ia
wafat Kemudian (diserahkan) kepada Umar sampai wafat dan kemudian
disimpan di rumah Hafsah binti Umar
Riwayat ini menyatakan tentang sebab pengumpulan Al-Qur’an.